Jumat, 07 Juli 2017

ekuivalensi NFA ke DFA

Dari sebuah mesin Non-deterministic Finite Automata dapat dibuat mesin Deterministic Finite Automata-nya yang ekuivalen.Ekuivalen disini artinya menerima bahasa yang sama .Meskipun yang satu adalah Non-deterministic dan yang satunya Deterministic namun keduanya menerima bahasa yang sama.


Contoh soal 1

Buatlah DFA yang ekuivalen dengan NFA disamping!

Pertama buatlah tabel transisinya


Kedua kita buat tupel dari tabel tersbut agar lebih detail

δ  = {q0 , q1}
Ʃ = {0 , 1}
s =  q0
f =  q1

Lalu kita mulai membuat DFA nya
Dimulai dari state awal q0

State {q0} bila memperoleh input 0 menjadi state {q0, q1}.
State {q0} bila memperoleh input 1 menjadi state {q1}.
Ekivalensi Non-Deterministic Automata (NFA)  ke Deterministic Finite Automata (DFA)
Ekivalensi Non-Deterministic Automata (NFA)  ke Deterministic Finite Automata (DFA)

State {q1} memperoleh input 0 menjadi state ∅
State {q1} bila memperoleh input 1 menjadi state {q0, q1}.
Pada state {q0,q1} awalnya belum mempunyai busur dan pada DFA,sebuah state harus mempunyai busur sebanyak himpunan inputnya,karena itu kita tentukan terlebih dahulu arah busurnya dan busurnya ada 2.
δ({q0,q1},0)  = {q0,0} ε {q1,0}
        = {q0,q1} ε Ø
        = {q0,q1}
δ({q0,q1},1) = {q0,1} ε {q1,1}
        = {q1} ε {q0,q1}
        = {q0,q1}

Jadi arah busur pada state {q0,q1} mengarah ke state itu sendiri.


Kemudian khusus pada state himpunan kosong (Ø) hanya menerima inputan dari statenya sendiri,jadi busur pada himpunan kosong mengarah ke state himpunan kosong.
Ekivalensi Non-Deterministic Automata (NFA)  ke Deterministic Finite Automata (DFA)
Ekivalensi Non-Deterministic Automata (NFA)  ke Deterministic Finite Automata (DFA)

Terakhir untuk menentukan final state pada DFA ini adalah dengan melihat NFA yang ekuivalen dengan DFA ini yaitu soal awal,
Kita ketahui Bahwa final state adalah q1,jadi pada DFA,final statenya adalah semua state yang ada hubungannya dengan q1 yaitu {q0,q1} dan {q1}


Ekivalensi Non-Deterministic Automata (NFA)  ke Deterministic Finite Automata (DFA)
Ekivalensi Non-Deterministic Automata (NFA)  ke Deterministic Finite Automata (DFA)

Ekuivalensi Antar Deterministic Finite Automata ( Reduksi )

Ekuivalensi Antar Deterministic Finite Automata

Untuk suatu bahasa regular, kemungkinan ada sejumlah Deterministic Finite Automata yang dapat menerimanya. Perbedaannya hanyalah jumlah state yang dimiliki otomata-otomata yang saling ekuivalen tersebut. Tentu saja, dengan alasan kepraktisan, kita memilih otomata dengan jumlah state yang lebih sedikit.

Sasaran kita di sini adalah mengurangi jumlah state dari suatu Finite State Automata, dengan tidak mengurangi kemampuannya semula untuk menerima suatu bahasa.

Ada dua buah istilah baru yang perlu kita ketahui yaitu :
1. Distinguishable yang berarti dapat dibedakan.
2. Indistinguishable yang berarti tidak dapat dibedakan.

Dua DFA M1 dan M2 dinyatakan ekivalen apabila L(M1) = L(M2)



Reduksi Jumlah State Pada FSA

Reduksi dilakukan untuk mengurangi jumlah state tanpa mengurangi kemampuan untuk menerima suatu bahasa seperti semula (efisiensi)State pada FSA dapat direduksi apabila terdapat useless state. Hasil dari FSA yang direduksi merupakan ekivalensi dari FSA semula

Pasangan State dapat dikelompokkan berdasarkan:
1. Distinguishable State (dapat dibedakan)
    Dua state  p dan q dari suatu DFA dikatakan indistinguishable apabila:
                δ(q,w) Î F dan  δ(p,w) Î F   atau   δ(q,w) ∉ F dan  δ(p,w) ∉ F
                untuk semua Î S*

2. Indistinguishable State ( tidak dapat dibedakan)
    Dua state  p dan q dari suatu DFA dikatakan distinguishable jika ada string Î S*  hingga:
                                                  δ(q,w) Î F dan  δ(p,w) ∉ F

Reduksi Jumlah State Pada FSA – Relasi

Pasangan dua buah state memiliki salah satu kemungkinan : distinguishable atau indistinguishable tetapi tidak kedua-duanya. 

Dalam hal ini terdapat sebuah relasi :
Jika         p dan q    indistinguishable,
dan         q  dan r    indistinguishable
maka      p,  r          indistinguishable 
dan         p,q,r         indistinguishable

Dalam melakukan eveluasi state, didefinisikan suatu relasi :
     Untuk Q yg merupakan himpunan semua state
  • D  adalah  himpunan state-state distinguishable,  dimana D Ì Q
  • N  adalah himpunan state-state indistinguishable, dimana N Ì Q
  • maka     x Î N  jika  x Î Q  dan x ∉  D


Reduksi Jumlah State Pada FSA – Step

Langkah - langkah untuk melakukan reduksi ini adalah :
  1. Hapuslah semua state yg tidak dapat dicapai dari state awal  (useless state)
  2. Buatlah semua pasangan state (p, q) yang distinguishable, dimana Î  F dan q ∉ F. Catat semua pasangan-pasangan state tersebut.
  3. Cari state lain yang distinguishable dengan aturan:                                                              Untuk semua (p, q) dan semua a Î ∑, hitunglah  δ (p, a) = pa dan δ (q, a) = q . Jika pasangan (pa, qa) adalah pasangan state yang distinguishable maka pasangan (p, q) juga termasuk pasangan yang distinguishable.
  4. Semua pasangan state yang tidak termasuk sebagai state yang distinguishable merupakan state-state indistinguishable.
  5. Beberapa state yang indistinguishable dapat digabungkan menjadi satu state.
  6. Sesuaikan transisi dari state-state gabungan tersebut.


Reduksi Jumlah State Pada FSA - Contoh

                              Sebuah Mesin DFA


1. 
State  q5 tidak dapat dicapai dari state awal dengan jalan apapun (useless state).  Hapus state q5
2. Catat state-state distinguishable, yaitu :                                                                                    
  • q4 Î F sedang q0, q1, q2, q3 ∉ F sehingga pasangan                                                              
  • (q0, q4) (q1, q4) (q2, q4) dan (q3, q4) adalah distinguishable.
3. Pasangan-pasangan state lain yang distinguishable diturunkan berdasarkan pasangan dari langkah 2, yaitu :                                                                                                                                
  • Untuk pasangan (q0, q1)                                                                                                      
          δ(q0, 0) = q1   dan   δ(q1, 0) = q2   à  belum teridentifikasi                                                                     δ(q0, 1) = q3   dan   δ(q1, 1) = q4   à  (q3, q4) distinguishable   
          maka         (q0, q1) adalah distinguishable.                                                                                               
  • Untuk pasangan (q0, q2)
          δ(q0, 0) = q1   dan   δ(q2, 0) = q1   à  belum teridentifikasi 
          δ(q0, 1) = q3   dan   δ(q2, 1) = q4   à  (q3, q4) distinguishable                     
          maka         (q0, q2) adalah distinguishable.

4. Setelah diperiksa semua pasangan state  maka terdapat state-state yang distinguishable : (q0,q1), (q0,q2), (q0,q3),  (q0,q4), (q1,q4),  (q2,q4), (q3,q4). Karena berdasarkan relasi-relasi yang ada, tidak dapat dibuktikan (q1, q2), (q1, q3) dan (q2, q3) distinguishable,  sehingga disimpulkan pasangan-pasangan state tersebut indistinguishable.

5. Karena q1 indistinguishable dengan q2,  q2 indistinguishable dengan q3, maka dapat disimpulkan q1, q2, q3 saling indistinguishable dan dapat dijadikan satu state.

6. Berdasarkan hasil diatas  maka hasil dari DFA yang direduksi menjadi:

Rabu, 19 April 2017

FINITE STATE OTOMATA


Finite state automata adalah mesin abstrak berupa sistem model matematika dengan masukan dan keluaran diskrit yang dapat mengenali bahasa paling sederhana (bahasa reguler) dan dapat diimplementasikan secara nyata.
Finite State Automata (FSA) adalah model matematika yang dapat menerima input dan mengeluarkan output yang memiliki state yang berhingga banyaknya dan dapat berpindah dari satu state ke state lainnya berdasarkan input dan fungsi transisi. Finite state automata tidak memiliki tempat penyimpanan/memory, hanya bisa mengingat state terkini.
Finite State Automata dinyatakan oleh pasangan 5 tuple, yaitu:
M=(Q , Σ , δ , S , F )
Q = himpunan state
Σ = himpunan simbol input
δ = fungsi transisi δ : Q × Σ
S = state awal / initial state , S Q
F = state akhir, F Q
Karakteristik Finite Automata
1.Setiap Finite Automata memiliki keadaan dan transisi yang terbatas.
2.Transisi dari satu keadaan ke keadaan lainnya dapat bersifat deterministik atau non-deterministik.
3.Setiap Finite Automata selalu memiliki keadaan awal.
4.Finite Automata dapat memiliki lebih dari satu keadaan akhir.
jika setelah pemrosesan seluruh string, keadaan akhir dicapai, artinya otomata menerima string tersebut.
Setiap FSA memiliki:
1.Himpunan berhingga (finite) status (state)
•Satu buah status sebagai status awal (initial state), biasa dinyatakan q0.
•Beberapa buah status sebagai status akhir (final state).
2.Himpunan berhingga simbol masukan
3.Fungsi transisi
Menentukan status berikutnya dari setiap pasang status dan sebuah simbol masukan.
Cara Kerja Finite State Automata
Finite State Automata bekerja dengan cara mesin membaca memori masukan berupa tape yaitu 1 karakter tiap saat (dari kiri ke kanan) menggunakan head baca yang dikendalikan oleh kotak kendali state berhingga dimana pada mesin terdapat sejumlah state berhingga.
Finite Automata selalu dalam kondisi yang disebut state awal (initial state) pada saat Finite Automata mulai membaca tape. Perubahan state terjadi pada mesin ketika sebuah karakter berikutnya dibaca. Ketika head telah sampai pada akhir tape dan kondisi yang ditemui adalah state akhir, maka string yang terdapat pada tape dikatakan diterima Finite Automata (String-string merupakan milik bahasa bila diterima Finite Automata bahasa tersebut).
Finite State Diagram (FSD)
Finite State Automata dapat dimodelkan dengan Finite State Diagram (FSD) dapat juga disebut State Transition Diagram. Sistem transisi adalah sistem yang tingkah lakunya disajikan dalam bentuk keadaan-keadaan (states). Sistem tersebut dapat bergerak dari state yang satu ke state lainnya sesuai dengan input yang diberikan padanya.
Fungsi Transisi (d) adalah representasi matematis atas transisi keadaan.
S = himpunan alfabet.
Q = himpunan keadaan-keadaan.
d = Q x S à Q
Finite State Diagram terdiri dari:
1.Lingkaran menyatakan state
Lingkaran diberi label sesuai dengan nama state tersebut. Adapun pembagian lingkaran adalah:
•Lingkaran bergaris tunggal berarti state sementara
•Lingkaran bergaris ganda berarti state akhir
2.Anak Panah menyatakan transisi yang terjadi.
Label di anak panah menyatakan simbol yang membuat transisi dari 1 state ke state lain. 1 anak panah diberi
label start untuk menyatakan awal mula transisi dilakukan.
Contoh FSA : pencek parity ganjil

Misal input : 1101
Genap 1 Ganjil 1 Genap 0 Genap 1 Ganjil : diterima mesin
Misal input : 1100
Genap 1 Ganjil 1 Genap 0 Genap 0 Genap : ditolak mesin
Dari contoh diatas, maka:
Q = {Genap, Ganjil}
Σ = {0,1}
S = Genap
F = {Ganjil }



atau
δ(Genap,0) = Genap
δ(Genap,1) = Ganjil
δ(Ganjil,0) = Ganjil
δ(Ganjil,1) = Genap
Sebuah FSA dibentuk dari lingkaran yang menyatakan state:
• Label pada lingkaran adalah nama state
• Busur menyatakan transisi/ perpindahan
• Label pada busur yaitu symbol input
• Lingkaran yang didahului sebuah busur tanpa label menyatakan state awal
• Lingkaranb ganda menyatakan state akhir/ final.
Jadi sebuah mesin otomata dapat dinyatakan dalam diagram transisi, fungsi transisi dan tabel transisi.
Jenis FSA
Ada dua jenis FSA :
1. Deterministic Finite Automata (DFA) : dari suatu state ada tepat satu state berikutnya untuk setiap simbol masukan yang diterima. Deterministik artinya tertentu/sudah tertentu fungsi transisinya.
Notasi matematis DFA:
• M = nama DFA
• Q = himpunan keadaan DFA
• S = himpunan alfabet
• d = fungsi transisi
• q0 = keadaan awal
• F = keadaan akhir
M = (Q, S, d, q0, F)
Contoh : Pengujian untuk menerima bit string dengan banyaknya 0 genap, serta banyaknya 1 genap.
0011 : diterima
10010 : ditolak, karena banyaknya 0 ganjil
Diagram transisi-nya :



DFA nya:
Q = {q0 , q1 , q2 , q3 }
Σ = {0,1}
S = q0
F = { q0}

fungsi transisi adalah:




δ( q0,011)= δ( q2,11) =δ( q3,1)= q2 è Ditolak
δ( q0,1010)= δ( q1,010) =δ( q3,10)=δ( q2,0)= q0 èDiterima
2. Non-deterministic Finite Automata (NFA) : dari suatu state ada 0, 1 atau lebih state    berikutnya untuk setiap simbol masukan yang diterima.
Non-Deterministic Finite Automata:
• Otomata berhingga yang tidak pasti untuk setiap pasangan state input, bisa memiliki 0 (nol) atau lebih pilihan untuk state berikutnya.
• Untuk setiap state tidak selalu tepat ada satu state berikutnya untuk setiap simbol input yang ada.
• Dari suatu state bisa terdapat 0,1 atau lebih busur keluar (transisi)
berlabel simbol input yang sama.
• Untuk NFA harus dicoba semua kemungkinan yang ada sampai
terdapat satu yang mencapai state akhir.
• Suatu string x dinyatakan diterima oleh bahasa NFA, M= (Q, _, d, S, F) bila {x | d (S,x) memuat sebuah state di dalam F}
Kedua finite automata di atas mampu mengenali himpunan reguler secara presisi. Dengan demikian kedua finite automata itu dapat mengenali string-string yang ditunjukkan dengan ekspresi reguler secara tepat.
DFA dapat menuntun recognizer(pengenal) lebih cepat dibanding NDFA. Namun demikian, DFA berukuran lebih besar dibanding NDFA yang ekivalen dengannya. Lebih mudah membangun NDFA dibanding DFA untuk suatu bahasa, namun lebih mudah mengimplementasikan DFA dibanding NDFA.

 Contoh FSA

TUGAS PERTAMA










Kamis, 13 April 2017

PENGANTAR TEORI BAHASA & OTOMATA

 Teori Bahasa
  • Teori bahasa membicarakan bahasa formal (formal language), terutama untuk kepentingan perancangan kompilator (compiler) dan pemroses naskah (text processor).
  • Bahasa formal adalah kumpulan kalimat. Semua kalimat dalam sebuah bahasa dibangkitkan oleh sebuah tata bahasa (grammar) yang sama.
  • Sebuah bahasa formal bisa dibangkitkan oleh dua atau lebih tata bahasa berbeda.
  • Dikatakan bahasa formal karena grammar diciptakan mendahului pembangkitan setiap kalimatnya.
  • Bahasa Natural/manusia bersifat sebaliknya; grammar diciptakan untuk meresmikan kata-kata yang hidup di masyarakat. Dalam pembicaraan selanjutnya ‘bahasa formal’ akan disebut ‘bahasa’ saja.

Otomata (Automata)

·         Otomata adalah mesin abstrak yang dapat mengenali (recognize), menerima (accept), atau membangkitkan (generate) sebuah kalimat dalam bahasa tertentu.


KONSEP TEORI BAHASA & OTOMATA

1. Teori Bahasa adalah konsep-konsep pada "string alpabet“ dalam penyambungan karakter-
     karakter alpabet untuk membentuk suatu makna (bahasa).
2. Alpabet adalah himpunan simbol (karakter) tidak kosong dan berhingga. Alpabet digunakan
untuk membentuk kata-kata (string-string) di bahasa. Bahasa dimulai dengan alpabet. Alpabet dilambangkan dengan Σ
3. String adalah deretan simbol dari alpabet dimana perulangan simbol diijinkan.
    Contoh :
    V = {a,b,c,d}
    String pada alpabet V antara lain -> 'a','abcd','bbba‘
4. Panjang String adalah jumlah simbol di dalam string bukan pada alpabet dan pengulangan kemunculan simbol dihitung. Panjang string dilambangkan |w|
Contoh:
|ε| = 0
|a| = 1
|aa| = 2
|aaa| = 3
|aaab| = 4
5. Empty  String (null string) adalah string yang tidak mengandung simbol apapun. Lambangnya  e atau  λ
6. Regular Expression adalah cara untuk mengekspresikan bahasa dengan hanya menggunakan operasi :
• Concatenation (Penyambungan)
• Superscript (Perkalian)
• Kleene closure (String Tanpa Simbol)
• Positif closure (Tidak Ada String Kosong Didalamnya)

Concatenation (Penyambungan)
Penyambungan dilakukan pada 2 karakter atau lebih membentuk 1 barisan karakter (string simbol).
Contoh :
'a' o 'b' = 'ab'
'ab' o 'baab' = 'abbaab'

Superscript (Perkalian)

Penyambungan dapat dianggap sebagai perkalian karena biasanya penulisannya adalah bila x dan y string, maka x o y adalah xy. sehingga pemangkatan dapat digunakan

Contoh : VoV = VV = V2 ----> Panjang string = 2

 

Kleene closure (String Tanpa Simbol)

adalah string padaV, termasuk string kosong dimana ε string kosong (string tanpa simbol)

ε mempunyai sifat identitas, yaitu:

ε o x = x

x o ε = x

Positif Closure (Tidak Ada String Kosong Didalamnya)

V+ = V1 U V2 U V3 U ...

          adalah himpunan string padaV, tidak ada string kosong didalamnya.

V0 = {ε}

adalah himpunan yang isinya hanya string kosong, dimana String kosong ε tidak sama dengan himpunan kosong

 

Beberapa Pengertian Dasar :

·         Simbol adalah sebuah entitas abstrak (seperti halnya pengertian titik dalam geometri). Sebuah huruf atau sebuah angka adalah contoh simbol.
·         String adalah deretan terbatas (finite) simbol-simbol. Sebagai contoh, jika a, b, dan c adalah tiga buah simbol maka abcb adalah sebuah string yang dibangun dari ketiga simbol tersebut.
·         Jika w adalah sebuah string maka panjang string dinyatakan sebagai ïwï dan didefinisikan sebagai cacahan (banyaknya) simbol yang menyusun string tersebut. Sebagai contoh, jika w = abcb maka ïwï= 4.
·         String hampa adalah sebuah string dengan nol buah simbol. String hampa dinyatakan dengan simbol e (atau ^) sehingga ïeï= 0. String hampa dapat dipandang sebagai simbol hampa karena keduanya tersusun dari nol buah simbol.
·         Alfabet adalah hinpunan hingga (finite set) simbol-simbol

Operasi Dasar String

Diberikan dua string : x = abc, dan y = 123
·         Prefik string w adalah string yang dihasilkan dari string w dengan menghilangkan nol atau lebih simbol-simbol paling belakang dari string w tersebut.
Contoh : abc, ab, a, dan e adalah semua Prefix(x)
·         ProperPrefix string w adalah string yang dihasilkan dari string w dengan menghilangkan satu atau lebih simbol-simbol paling belakang dari string w tersebut.
Contoh : ab, a, dan e adalah semua ProperPrefix(x)
·         Postfix (atau Sufix) string w adalah string yang dihasilkan dari string w dengan menghilangkan nol atau lebih simbol-simbol paling depan dari string w tersebut.
Contoh : abc, bc, c, dan e adalah semua Postfix(x)
·         ProperPostfix (atau PoperSufix) string w adalah string yang dihasilkan dari string w dengan menghilangkan satu atau lebih simbol-simbol paling depan dari string w tersebut.
Contoh : bc, c, dan e adalah semua ProperPostfix(x)
·         Head string w adalah simbol paling depan dari string w.
Contoh : a adalah Head(x)
·         Tail string w adalah string yang dihasilkan dari string w dengan menghilangkan simbol paling depan dari string w tersebut.
Contoh : bc adalah Tail(x)
·         Substring string w adalah string yang dihasilkan dari string w dengan menghilangkan nol atau lebih simbol-simbol paling depan dan/atau simbol-simbol paling belakang dari string w tersebut.
Contoh : abc, ab, bc, a, b, c, dan e adalah semua Substring(x)
·         ProperSubstring string w adalah string yang dihasilkan dari string w dengan menghilangkan satu atau lebih simbol-simbol paling depan dan/atau simbol-simbol paling belakang dari string w tersebut.
Contoh : ab, bc, a, b, c, dan e adalah semua Substring(x)
·         Subsequence string w adalah string yang dihasilkan dari string w dengan menghilangkan nol atau lebih simbol-simbol dari string w tersebut.
Contoh : abc, ab, bc, ac, a, b, c, dan e adalah semua Subsequence(x)
·         ProperSubsequence string w adalah string yang dihasilkan dari string w dengan menghilangkan satu atau lebih simbol-simbol dari string w tersebut.
Contoh : ab, bc, ac, a, b, c, dan e adalah semua Subsequence(x)
·         Concatenation adalah penyambungan dua buah string. Operator concatenation adalah concate atau tanpa lambang apapun.
Contoh : concate(xy) = xy = abc123
·         Alternation adalah pilihan satu di antara dua buah string. Operator alternation adalah alternate atau ½.
Contoh : alternate(xy) = x½y = abc atau 123
·         Kleene Closure : x* = e½x½xx½xxx½… = e½x½x½x½
·         Positive Closure : x = x½xx½xxx½… = x½x½x½

 

Beberapa Sifat Operasi

·         Tidak selalu berlaku : x = Prefix(x)Postfix(x)
·         Selalu berlaku : x = Head(x)Tail(x)
·         Tidak selalu berlaku : Prefix(x) = Postfix(x) atau Prefix(x) ¹ Postfix(x)
·         Selalu berlaku : ProperPrefix(x) ¹ ProperPostfix(x)
·         Selalu berlaku : Head(x) ¹ Tail(x)
·         Setiap Prefix(x), ProperPrefix(x), Postfix(x), ProperPostfix(x), Head(x), dan Tail(x) adalah Substring(x), tetapi tidak sebaliknya
·         Setiap Substring(x) adalah Subsequence(x), tetapi tidak sebaliknya
·         Dua sifat aljabar concatenation :
·         Operasi concatenation bersifat asosiatif : x(yz) = (xy)z
·         Elemen identitas operasi concatenation adalah e : ex = xe = x
·         Tiga sifat aljabar alternation :
·         Operasi alternation bersifat komutatif : x½y = y½x
·         Operasi alternation bersifat asosiatif : x½(y½z) = (x½y)½z
·         Elemen identitas operasi alternation adalah dirinya sendiri : x½x = x
·         Sifat distributif concatenation terhadap alternation : x (y½z) = xy½xz
·         Beberapa kesamaan :
·         Kesamaan ke-1 : (x*)* = x*
·         Kesamaan ke-2 : e½x = x½e = x*
·         Kesamaan ke-3 : (x½y)* = e½x½y½xx½yy½xy½yx½… = semua string yang merupakan concatenation dari nol atau lebih x, y, atau keduanya.

GRAMMAR DAN BAHASA

Konsep Dasar

·         Anggota alfabet dinamakan simbol terminal.
·         Kalimat adalah deretan hingga simbol-simbol terminal.
·         Bahasa adalah himpunan kalimat-kalimat. Anggota bahasa bisa tak hingga kalimat.
·         Simbol-simbol berikut adalah simbol terminal :
·         huruf kecil, misalnya : a, b, c, 0, 1, ..
·         simbol operator, misalnya : +, -, dan ´
·         simbol tanda baca, misalnya : (,  ),  dan ;
·         string yang tercetak tebal, misalnya : if, then, dan else.
·         Simbol-simbol berikut adalah simbol non terminal /Variabel :
·         huruf besar, misalnya : A, B, C
·         huruf S sebagai simbol awal
·         string yang tercetak miring, misalnya : expr
·         Huruf yunani melambangkan string yang tersusun atas simbol-simbol terminal atau simbol-simbol non terminal atau campuran keduanya, misalnya : a, b, dan g.
·         Sebuah produksi dilambangkan sebagai a ® b, artinya : dalam sebuah derivasi dapat dilakukan penggantian simbol a dengan simbol b.
·         Derivasi adalah proses pembentukan sebuah kalimat atau sentensial. Sebuah derivasi dilambangkan sebagai : a Þ b.
·         Sentensial adalah string yang tersusun atas simbol-simbol terminal atau simbol-simbol non terminal atau campuran keduanya.
·         Kalimat adalah string yang tersusun atas simbol-simbol terminal. Kalimat adalah merupakan sentensial, sebaliknya belum tentu..

 

Grammar

Grammar G didefinisikan sebagai pasangan 4 tuple : V, V, S, dan P, dan dituliskan sebagai G(V,V, S, P),
 dimana :
V         : himpunan  simbol-simbol  terminal  (alfabet) àkamus
V         : himpunan simbol-simbol non terminal
SÎV    : simbol awal (atau simbol start)
P          : himpunan produksi

Contoh :
1.  G1 :  VT = {I,  Love, Miss, You}, V = {S,A,B,C},
                                    P = {S ® ABC, A® I, B® Love | Miss, C® You}
S Þ ABC
  Þ IloveYou
L(G1)={IloveYou, IMissYou}

2. . G2 :  VT = {a}, V = {S}, P = {S ® aS½a}  
S Þ aS
  Þ aaS
  Þ aaa                    L(G2) ={an ½ n ≥ 1}
            L(G2)={a, aa, aaa, aaaa,…}

Klasifikasi Chomsky

            Berdasarkan komposisi bentuk ruas kiri dan ruas kanan produksinya (a ® b), Noam Chomsky mengklasifikasikan 4 tipe grammar :

1.      Grammar tipe ke-0 : Unrestricted Grammar (UG)
Ciri : a, b Î (V½V)*, ïaï> 0
2.                  Grammar tipe ke-1 : Context Sensitive Grammar (CSG)
Ciri : a, b Î (V½V) *, 0 < ïaï £ ïbï
3.                  Grammar tipe ke-2 : Context Free Grammar (CFG)
Ciri : a Î V, b Î (V½V)*
4.                  Grammar tipe ke-3 : Regular Grammar (RG)
Ciri : a Î V, b Î {V, VV} atau a Î V, b Î {V, VV}

Tipe sebuah grammar (atau bahasa) ditentukan dengan aturan sebagai berikut :

A language is said to be type-i (i = 0, 1, 2, 3) language if it can be specified by a type-i grammar but can’t be specified any type-(i+1) grammar.


Contoh Analisa Penentuan Type Grammar

1.      Grammar G dengan P = {S ® aB, B ® bB, B ® b}.
Ruas kiri semua produksinya terdiri dari sebuah V maka G kemungkinan tipe CFG atau RG. Selanjutnya karena semua ruas kanannya terdiri dari sebuah V atau string VV maka G adalah RG(3).
2.                  Grammar G dengan P = {S ® Ba, B ® Bb, B ® b}.
Ruas kiri semua produksinya terdiri dari sebuah V maka G kemungkinan tipe CFG atau RG. Selanjutnya karena semua ruas kanannya terdiri dari sebuah V atau string VV maka G adalah RG(3).
3.                  Grammar G dengan P = {S ® Ba, B ® bB, B ® b}.
Ruas kiri semua produksinya terdiri dari sebuah V maka G kemungkinan tipe CFG atau RG. Selanjutnya karena ruas kanannya mengandung string VV (yaitu bB) dan juga string VV (Ba) maka G bukan RG, dengan kata lain G adalah CFG(2).
4.                  Grammar G dengan P = {S ® aAb, B ® aB}.
Ruas kiri semua produksinya terdiri dari sebuah V maka G kemungkinan tipe CFG atau RG. Selanjutnya karena ruas kanannya mengandung string yang panjangnya lebih dari 2 (yaitu aAb) maka G bukan RG, dengan kata lain G adalah CFG.
5.                  Grammar G dengan P = {S ® aA, S ® aB, aAb ® aBCb}.
Ruas kirinya mengandung string yang panjangnya lebih dari 1 (yaitu aAb) maka G kemungkinan tipe CSG atau UG. Selanjutnya karena semua ruas kirinya lebih pendek atau sama dengan ruas kananya maka G adalah CSG.
6.                  Grammar G dengan P = {aS ® ab, SAc ® bc}.
Ruas kirinya mengandung string yang panjangnya lebih dari 1 maka G kemungkinan tipe CSG atau UG. Selanjutnya karena terdapat ruas kirinya yang lebih panjang daripada ruas kananya (yaitu SAc) maka G adalah UG.

Derivasi Kalimat dan Penentuan Bahasa

Tentukan bahasa dari masing-masing gramar berikut :

1.      G dengan P = {1. S ® aAa,  2. A ® aAa,  3. A ® b}.
Jawab :
Derivasi kalimat terpendek :                     Derivasi kalimat umum :
S Þ aAa   (1)                                            S Þ aAa                     (1)
  Þ aba      (3)                                              Þ aaAaa                  (2)
                                                                                ¼
                                                                     Þ aAa                      (2)
                                                                     Þ aba                       (3)
Dari pola kedua kalimat disimpulkan : L(G) = { aba½ n ³ 1}

2.                  G dengan
P = {1. S ® aS,  2. S ® aB,  3. B ® bC,  4. C ® aC,  5. C ® a}.
Jawab :
Derivasi kalimat terpendek :                     Derivasi kalimat umum :
S Þ aB     (2)                                            S Þ aS                        (1)
  Þ abC     (3)                                                ¼
  Þ aba      (5)                                              Þ aS                        (1)     
                                                                     Þ aB                        (2)
                                                                     Þ abC                      (3)
                                                                     Þ abaC                    (4)                                                                                                                   ¼
                                                                          Þ abaC                     (4)
                                                                    Þ aba                        (5)
Dari pola kedua kalimat disimpulkan : L(G)={aba½n ³1, m³1}

3.                  G dengan
P = {1. S ® aSBC,  2. S ® abC,  3. bB ® bb,  
4. bC ® bc,  5. CB ® BC,  6. cC ® cc}.
Jawab :
Derivasi kalimat terpendek 1:                   Derivasi kalimat terpendek 3 :
S Þ abC               (2)                                            S Þ aSBC                  (1)
  Þ abc                  (4)                                              Þ aaSBCBC           (1)
Derivasi kalimat terpendek 2 :                                Þ aaabCBCBC       (2)
S Þ aSBC            (1)                                              Þ aaabBCCBC       (5)
  Þ aabCBC         (2)                                              Þ aaabBCBCC       (5)
  Þ aabBCC         (5)        aabcBC (4)                    Þ aaabBBCCC       (5)
  Þ aabbCC          (3)                                              Þ aaabbBCCC        (3)
  Þ aabbcC           (4)                                              Þ aaabbbCCC         (3)
  Þ aabbcc            (6)                                              Þ aaabbbcCC          (4)
                                                                                Þ aaabbbccC            (6)
                                                                                Þ aaabbbccc             (6)
Dari pola ketiga kalimat disimpulkan : L (G) = { abc½ n ³ 1}

Menentukan Grammar Sebuah Bahasa

1.      Tentukan sebuah gramar regular untuk bahasa L = { a½ n ³ 1}
Jawab :
P(L) = {S ® aS½a}

2.      Tentukan sebuah gramar bebas konteks untuk bahasa :

L : himpunan bilangan bulat non negatif ganjil

Jawab :
Langkah kunci : digit terakhir bilangan harus ganjil.
Vt={0,1,2,..9}
Vn ={S, G,J}
P={SàHT|JT|J; TàGT|JT|J; Hà2|4|6|8; Gà0|2|4|6|8;Jà1|3|5|7|9}
P={SàGS|JS|J;  Gà0|2|4|6|8;Jà1|3|5|7|9}
Buat dua buah himpunan bilangan terpisah : genap (G) dan ganjil (J)
P(L) = {S ® J½GS½JS,  G ® 0½2½4½6½8,  J ® 1½3½5½7½9}

3.                  Tentukan sebuah gramar bebas konteks untuk bahasa :

A.                L = himpunan semua identifier yang sah menurut bahasa pemrograman Pascal dengan batasan : terdiri dari simbol huruf kecil dan angka, panjang identifier boleh lebih dari 8 karakter

Jawab :
Langkah kunci : karakter pertama identifier harus huruf.
Buat dua himpunan bilangan terpisah : huruf (H) dan angka (A)

SàHT|H;TàHT|AT|H|A; Hàa|..|z; Aà0|..|9

P(L) = {S ® H½HT, T ® AT½HT½H½A,  
H ® a½b½c½…,  A ® 0½1½2½…}

4.                  Tentukan gramar bebas konteks untuk bahasa
L(G) = {ab½n,m ³ 1, n ¹ m}
Jawab :
Langkah kunci : sulit untuk mendefinisikan L(G) secara langsung. Jalan keluarnya adalah dengan mengingat bahwa x ¹ y berarti x > y atau x < y.
L = LÈ L,  L ={ab½n  > m ³ 1}, L = {ab½1 £ n  < m}.
P(L) = {A ® aA½aC, C ® aCb½ab}, Q(L) = {B ® Bb½Db, D® aDb½ab}
P(L) = {S® A½B, A ® aA½aC, C ® aCb½ab, B ® Bb½Db, D® aDb½ab}

5.      Tentukan sebuah gramar bebas konteks untuk bahasa :
L = bilangan bulat non negatif genap. Jika bilangan tersebut terdiri dari dua digit atau lebih maka nol tidak boleh muncul sebagai digit pertama.
Jawab :
Langkah kunci : Digit terakhir bilangan harus genap. Digit pertama tidak boleh nol. Buat tiga himpunan terpisah : bilangan genap tanpa nol (G), bilangan genap dengan nol (N), serta bilangan ganjil (J).
P(L) = {S ® N½GA½JA, A ® N½NA½JA, G® 2½4½6½8,  

N® 0½2½4½6½8, J ® 1½3½5½7½9}